Banyak harapan yg terlanjur kau sisipkan dalam setiap lembar mimpi..
Banyak angan yang terlanjur kau lambungkan namun dengan sekejap kau hempaskan...
"Kamu itu bodoh Ify,mau sampai kapan kamu menunggu Mario mu itu?"
"Entahlah Sivia..."
"Coba kamu fikir fy,sudah berapa kali dia membuatmu jatuh dan sakit?"
"Tapi tak bisa ku pungkiri jika diapun sering membuatku bahagia..."
"Apa yang dia katakan saat kamu ungkapkan perasaanmu sebelum dia pergi?"
"Tidak ada,hanya seulas senyum.."
"Bodoh!Apa arti senyum itu?jika dia benar benar menghargai perasaanmu seharusnya ada sepatah atau dua patah kata yang dia ucapkan sekalipun itu sebuah penolakan."
"Yang ku tangkap hanya keraguan..."lirih Ify.
"Lebih baik kamu yang perlahan mundur dari pada kamu melihat dia yang semakin menjauh..."
Ify nampak berpikir keras..membenarkan kata demi kata yang diungkap oleh sahabatnya.
**
"Liat pria itu..sepertinya dia memperhatikanmu..."ujar Sivia.
Saat ini mereka tengah berada disebuah cafe.
Ify memandang sekeliling mencari keberadaan orang yang dimaksud Sivia.
"Siapa vi?"
"Laki laki itu..yang duduk di meja paling belakang memakai kemeja kotak - kotak warna merah."
"Sivia jangan mengada-ada mungkin dia sedang mencari temannya.."
"Tidak fy aku yakin dari tadi dia melihat kesini..."
Ify melirik sekilas laki-laki itu..
Sepertinya dia sebaya dengan Ify..dia tinggi,putih,rambut sedikit gondrong dan kurus.
"Sepertinya ada yang mulai tertarik.."ujar Sivia dengan nada menggoda.
Tertangkap basah sedang memperhatikan Ify laki - laki itu langsung mengalihkan pandangannya dan menyesap kembali secangkir hot chocolate ditangannya.
Hari ini hujan memang turun cukup deras..dan tentu saja membuat kami enggan beranjak sebelum hujan reda.
"Fy supirku sudah menjemput didepan..bagaimana jika kamu pulang bersamaku..."
"Tidak Sivia arah rumah kita berlawanan..aku tidak ingin menyusahkan mu.."
"Ayolah fy..hanya mengantar pulang tidak akan begitu menyusahkan..."
"Pulanglah..aku masih ingin disini setidaknya hingga hujan reda.."
"Baiklah...aku pulang..."
Ify mengangguk.
**
*Ray POV*
Gadis itu terus memandang keluar jendela..sesekali tangannya bergerak menyentuh titik titik air yang mulai mengembun dijendela.
Sudah sering aku memperhatikannya ketika dia duduk melamun ditempat itu..
Jika kemarin kemarin aku tak pernah punya keberanian untuk sekedar menyapanya hari ini aku memberanikan diri mendekat.
"Hallo..boleh duduk disini?"
Awalnya dia ragu namun setelah berpikir cukup lama dia mempersilahkan aku duduk didepannya.
"Kamu pria yang dari tadi menatapku bukan?"
Aku tersenyum kecil..rupanya gadis ini menyadari jika sedari tadi aku memperhatikannya.
"Sebenarnya bukan hanya saat ini..sudah sejak lama namun kamu baru menyadarinya.."
"Benarkah?"
"Hm..."
"Kenapa baru hari ini kamu menghampiriku..."
"Karena keberanianku baru muncul hari ini...haha..."
*Ify POV*
Aku terkekeh geli mendengar penuturannya barusan.
"Hei memangnya aku semenakutkan itu?"tanyaku.
"Bukan...bukan menakutkan.."
"Lalu?"
"Aku tak ingin mengganggumu dan malah membuatmu menjauh dariku..."
"Kenapa kamu berpikir seperti itu?bukankah jika sejak lama kamu memberanikan diri menghampiriku kita bisa berteman lebih awal?"
Laki - laki itu tersenyum.
"Oh iyaa siapa namamu?"dia bertanya.
"Namaku alyssa saufika umari..kamu boleh memanggilku Alyssa,Ify atau apapun itu selagi masih berhubungan dengan namaku..dan siapa namamu?"
"Muhammad raynald prasetya..panggil saja Ray.."
**
Semenjak pertemuan tempo hari Ray dan Ify semakin sering bertemu..hanya untuk mengobrol dan makan bersama.
Namun hari ini entah kenapa Ify belum juga datang..Ray melirik keluar namun belum nampak tanda - tanda ify akan datang.
**
*Author POV*
"Untuk apa kamu mengajakku bertemu?"tanya Ify.
Pandangannya lurus kedepan..enggan menatap laki - laki yang sejujurnya begitu ia rindukan.
"Karena aku merindukanmu.."
"Rindu kamu bilang yo?"
"Selama ini kamu kemana?kamu pergi tanpa memberi kepastian..hanya sebuah senyuman yang membuatku terus menerka apa yang kamu rasakan!Sekarang kamu hadir dan tiba - tiba berkata kamu merindukanku?"lanjutnya.
"Maaf fy aku tau aku bersalah.."
"Maaf yo?"
"Jika kata itu kamu ucapkan dulu mungkin aku takkan menunggu..jika kata itu kamu ucapkan dulu mungkin aku takkan ragu menjauh dari kamu.."
"Aku terlalu pengecut fy..dan jujur saat itu aku masih mempertimbangkan bagaimana perasaanku terhadapmu.."
"Mempertimbangkan?"Ify berdecak.
"Kalimat macam apa itu?"lanjutnya.
"Saat itu aku menemukan sesuatu dari diri kamu yang membuat aku kecewa..jadi aku berusaha memcari yang lebih baik dari kamu..."ungkapnya jujur.
Ify benar - benar tak menyangka kalimat kejujuran yang keluar dari Rio akan sangat menyakitkan.
"Ketika kamu adalah prioritas utama dihidupku..ternyata aku hanya urutan ke 1000 dalam list prioritas mu yo..Seharusnya aku pergi dari dulu.Bukan menunggu orang yang yang jelas - jelas mengesampingkan perasaanku.."Ify mengambil tasnya lalu meninggalkan Rio yang masih mematung meratapi kebodohannya.
**
Ray sudah duduk berjam-jam berharap gadisnya akan menampakan diri.
Tak lama ia memang melihat gadisnya itu muncul..dengan mata yang sembab.
Ify langsung duduk dimeja biasa.
"Kenapa?"tanya Ray.
Ify menggeleng.
"Bukan baru hari ini aku mengenal kamu fy..."
"Ini bukan urusan kamu Ray..."
"Tapi aku peduli..."
"Untuk apa?Orang yang aku sayangi saja tak pernah peduli terhadapku..."
"Karena aku menyayangimu...."
Ify terdiam sejenak.
"Jangan pernah mencintai orang yang sama sekali tak mencintaimu..itu akan sangat menyakitkan.."
"Aku tak peduli sesakit apa cinta tak terbalas..cinta bagiku satu ketulusan..cinta bagiku tak perlu balasan..."
"Kamu yakin?Aku memintamu pergi karena aku pernah menunggu dan akhirnya sia - sia..aku tak ingin kamu merasakan apa yang kurasakan."
"Aku takkan menunggu,tak juga melupakan..aku hanya akan mengikuti kemana waktu membawaku...bukan diam terpaku menunggu,kembali ke masa lalu,atau pergi terlalu cepat..."
Ify menangkap banyak makna dalam setiap ucapan pria itu.
"Terimakasih untuk ketulusanmu.."Ujar Ify.
Ray tersenyum.
"Kamu itu seperti embun..."Ujarnya tiba - tiba.
"Mengapa?"
" Embun tidak pernah memilih di daun mana butiran-butirannya akan terbentuk. Bentuknya yang sederhana, bening, dan mampu berubah bentuk mengikuti lingkungan tempatnya berpijak membuat daun-daun betah menjadi tempat persinggahannya. Melihat embun yang begitu sederhana, ternyata sebagai manusia kita bisa belajar banyak.Melalui butiran kecilnya, kita bisa belajar untuk menerima dengan suka cita dimanapun Tuhan menempatkan kita. Bentuknya yang sederhana, mengajarkan kita untuk hidup sederhana, tanpa menggunakan 'topeng-topeng' kebohongan. Karena Tuhan menyukai hati yang sederhana namun penuh kasih.Sepertimu..."
(Filosofi Embun...)
"Sepertiku?"
"Yaa..sederhana dan penuh kasih..."
"Aku anggap itu pujian..."Ray tersenyum kecil.
"Yaa..tentu itu pujian..."
"Fy...kalau memang sekiranya dia tidak baik untukmu lupakanlah...jika dia terus membuatmu sakit pergilah..."ujar Ray.
"Aku akan sepertimu...tidak akan diam menunggu,kembali ke masa lalu atau pergi terlalu cepat..aku akan mengikuti kemana waktu membawaku..."
"Hafal betul dengan apa yang aku ucapkan..."
"Kalimat sederhana yang penuh dengan makna.."
"Kita memang berbeda dan kebersamaan yang kita lalui belum memberi banyak arti..Tapi carilah aku ketika kamu membutuhkanku..Carilah aku ketika hatimu sudah utuh untukku..."
"Aku percaya Tuhan akan mempertemukan orang baik dengan orang baik begitupun sebaliknya...Ray jika suatu saat kamu bahagia dan itu bukan bersamaku aku harap kamu tetap mengingatku..."
"Tentu..aku takkan melupakan orang sepertimu..."
"Biarkan semua yang terjadi hari ini menjadi sebuah kisah yang bisa kenang nanti..."
"Fy..aku berharap suatu saat nanti hatimu bisa menjadi milikku..."ujar Ray.
"Dan ketika hatiku ini untukmu..aku harap hatimu tetap untukku..."
"Aminn....."
*THE END*
Banyak angan yang terlanjur kau lambungkan namun dengan sekejap kau hempaskan...
"Kamu itu bodoh Ify,mau sampai kapan kamu menunggu Mario mu itu?"
"Entahlah Sivia..."
"Coba kamu fikir fy,sudah berapa kali dia membuatmu jatuh dan sakit?"
"Tapi tak bisa ku pungkiri jika diapun sering membuatku bahagia..."
"Apa yang dia katakan saat kamu ungkapkan perasaanmu sebelum dia pergi?"
"Tidak ada,hanya seulas senyum.."
"Bodoh!Apa arti senyum itu?jika dia benar benar menghargai perasaanmu seharusnya ada sepatah atau dua patah kata yang dia ucapkan sekalipun itu sebuah penolakan."
"Yang ku tangkap hanya keraguan..."lirih Ify.
"Lebih baik kamu yang perlahan mundur dari pada kamu melihat dia yang semakin menjauh..."
Ify nampak berpikir keras..membenarkan kata demi kata yang diungkap oleh sahabatnya.
**
"Liat pria itu..sepertinya dia memperhatikanmu..."ujar Sivia.
Saat ini mereka tengah berada disebuah cafe.
Ify memandang sekeliling mencari keberadaan orang yang dimaksud Sivia.
"Siapa vi?"
"Laki laki itu..yang duduk di meja paling belakang memakai kemeja kotak - kotak warna merah."
"Sivia jangan mengada-ada mungkin dia sedang mencari temannya.."
"Tidak fy aku yakin dari tadi dia melihat kesini..."
Ify melirik sekilas laki-laki itu..
Sepertinya dia sebaya dengan Ify..dia tinggi,putih,rambut sedikit gondrong dan kurus.
"Sepertinya ada yang mulai tertarik.."ujar Sivia dengan nada menggoda.
Tertangkap basah sedang memperhatikan Ify laki - laki itu langsung mengalihkan pandangannya dan menyesap kembali secangkir hot chocolate ditangannya.
Hari ini hujan memang turun cukup deras..dan tentu saja membuat kami enggan beranjak sebelum hujan reda.
"Fy supirku sudah menjemput didepan..bagaimana jika kamu pulang bersamaku..."
"Tidak Sivia arah rumah kita berlawanan..aku tidak ingin menyusahkan mu.."
"Ayolah fy..hanya mengantar pulang tidak akan begitu menyusahkan..."
"Pulanglah..aku masih ingin disini setidaknya hingga hujan reda.."
"Baiklah...aku pulang..."
Ify mengangguk.
**
*Ray POV*
Gadis itu terus memandang keluar jendela..sesekali tangannya bergerak menyentuh titik titik air yang mulai mengembun dijendela.
Sudah sering aku memperhatikannya ketika dia duduk melamun ditempat itu..
Jika kemarin kemarin aku tak pernah punya keberanian untuk sekedar menyapanya hari ini aku memberanikan diri mendekat.
"Hallo..boleh duduk disini?"
Awalnya dia ragu namun setelah berpikir cukup lama dia mempersilahkan aku duduk didepannya.
"Kamu pria yang dari tadi menatapku bukan?"
Aku tersenyum kecil..rupanya gadis ini menyadari jika sedari tadi aku memperhatikannya.
"Sebenarnya bukan hanya saat ini..sudah sejak lama namun kamu baru menyadarinya.."
"Benarkah?"
"Hm..."
"Kenapa baru hari ini kamu menghampiriku..."
"Karena keberanianku baru muncul hari ini...haha..."
*Ify POV*
Aku terkekeh geli mendengar penuturannya barusan.
"Hei memangnya aku semenakutkan itu?"tanyaku.
"Bukan...bukan menakutkan.."
"Lalu?"
"Aku tak ingin mengganggumu dan malah membuatmu menjauh dariku..."
"Kenapa kamu berpikir seperti itu?bukankah jika sejak lama kamu memberanikan diri menghampiriku kita bisa berteman lebih awal?"
Laki - laki itu tersenyum.
"Oh iyaa siapa namamu?"dia bertanya.
"Namaku alyssa saufika umari..kamu boleh memanggilku Alyssa,Ify atau apapun itu selagi masih berhubungan dengan namaku..dan siapa namamu?"
"Muhammad raynald prasetya..panggil saja Ray.."
**
Semenjak pertemuan tempo hari Ray dan Ify semakin sering bertemu..hanya untuk mengobrol dan makan bersama.
Namun hari ini entah kenapa Ify belum juga datang..Ray melirik keluar namun belum nampak tanda - tanda ify akan datang.
**
*Author POV*
"Untuk apa kamu mengajakku bertemu?"tanya Ify.
Pandangannya lurus kedepan..enggan menatap laki - laki yang sejujurnya begitu ia rindukan.
"Karena aku merindukanmu.."
"Rindu kamu bilang yo?"
"Selama ini kamu kemana?kamu pergi tanpa memberi kepastian..hanya sebuah senyuman yang membuatku terus menerka apa yang kamu rasakan!Sekarang kamu hadir dan tiba - tiba berkata kamu merindukanku?"lanjutnya.
"Maaf fy aku tau aku bersalah.."
"Maaf yo?"
"Jika kata itu kamu ucapkan dulu mungkin aku takkan menunggu..jika kata itu kamu ucapkan dulu mungkin aku takkan ragu menjauh dari kamu.."
"Aku terlalu pengecut fy..dan jujur saat itu aku masih mempertimbangkan bagaimana perasaanku terhadapmu.."
"Mempertimbangkan?"Ify berdecak.
"Kalimat macam apa itu?"lanjutnya.
"Saat itu aku menemukan sesuatu dari diri kamu yang membuat aku kecewa..jadi aku berusaha memcari yang lebih baik dari kamu..."ungkapnya jujur.
Ify benar - benar tak menyangka kalimat kejujuran yang keluar dari Rio akan sangat menyakitkan.
"Ketika kamu adalah prioritas utama dihidupku..ternyata aku hanya urutan ke 1000 dalam list prioritas mu yo..Seharusnya aku pergi dari dulu.Bukan menunggu orang yang yang jelas - jelas mengesampingkan perasaanku.."Ify mengambil tasnya lalu meninggalkan Rio yang masih mematung meratapi kebodohannya.
**
Ray sudah duduk berjam-jam berharap gadisnya akan menampakan diri.
Tak lama ia memang melihat gadisnya itu muncul..dengan mata yang sembab.
Ify langsung duduk dimeja biasa.
"Kenapa?"tanya Ray.
Ify menggeleng.
"Bukan baru hari ini aku mengenal kamu fy..."
"Ini bukan urusan kamu Ray..."
"Tapi aku peduli..."
"Untuk apa?Orang yang aku sayangi saja tak pernah peduli terhadapku..."
"Karena aku menyayangimu...."
Ify terdiam sejenak.
"Jangan pernah mencintai orang yang sama sekali tak mencintaimu..itu akan sangat menyakitkan.."
"Aku tak peduli sesakit apa cinta tak terbalas..cinta bagiku satu ketulusan..cinta bagiku tak perlu balasan..."
"Kamu yakin?Aku memintamu pergi karena aku pernah menunggu dan akhirnya sia - sia..aku tak ingin kamu merasakan apa yang kurasakan."
"Aku takkan menunggu,tak juga melupakan..aku hanya akan mengikuti kemana waktu membawaku...bukan diam terpaku menunggu,kembali ke masa lalu,atau pergi terlalu cepat..."
Ify menangkap banyak makna dalam setiap ucapan pria itu.
"Terimakasih untuk ketulusanmu.."Ujar Ify.
Ray tersenyum.
"Kamu itu seperti embun..."Ujarnya tiba - tiba.
"Mengapa?"
" Embun tidak pernah memilih di daun mana butiran-butirannya akan terbentuk. Bentuknya yang sederhana, bening, dan mampu berubah bentuk mengikuti lingkungan tempatnya berpijak membuat daun-daun betah menjadi tempat persinggahannya. Melihat embun yang begitu sederhana, ternyata sebagai manusia kita bisa belajar banyak.Melalui butiran kecilnya, kita bisa belajar untuk menerima dengan suka cita dimanapun Tuhan menempatkan kita. Bentuknya yang sederhana, mengajarkan kita untuk hidup sederhana, tanpa menggunakan 'topeng-topeng' kebohongan. Karena Tuhan menyukai hati yang sederhana namun penuh kasih.Sepertimu..."
(Filosofi Embun...)
"Sepertiku?"
"Yaa..sederhana dan penuh kasih..."
"Aku anggap itu pujian..."Ray tersenyum kecil.
"Yaa..tentu itu pujian..."
"Fy...kalau memang sekiranya dia tidak baik untukmu lupakanlah...jika dia terus membuatmu sakit pergilah..."ujar Ray.
"Aku akan sepertimu...tidak akan diam menunggu,kembali ke masa lalu atau pergi terlalu cepat..aku akan mengikuti kemana waktu membawaku..."
"Hafal betul dengan apa yang aku ucapkan..."
"Kalimat sederhana yang penuh dengan makna.."
"Kita memang berbeda dan kebersamaan yang kita lalui belum memberi banyak arti..Tapi carilah aku ketika kamu membutuhkanku..Carilah aku ketika hatimu sudah utuh untukku..."
"Aku percaya Tuhan akan mempertemukan orang baik dengan orang baik begitupun sebaliknya...Ray jika suatu saat kamu bahagia dan itu bukan bersamaku aku harap kamu tetap mengingatku..."
"Tentu..aku takkan melupakan orang sepertimu..."
"Biarkan semua yang terjadi hari ini menjadi sebuah kisah yang bisa kenang nanti..."
"Fy..aku berharap suatu saat nanti hatimu bisa menjadi milikku..."ujar Ray.
"Dan ketika hatiku ini untukmu..aku harap hatimu tetap untukku..."
"Aminn....."
*THE END*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar