Selasa, 23 Februari 2016

Puisi dan Nada

Puisi..
Deretan kata yang mampu bicara..
Rentetan ungkapan perasaan tanpa suara..
Sederhana namun bukan tanpa makna...

Nada...
Denting yang mampu mengubah sunyi..
Irama yang mampu hadirkan nyawa dalam setiap kata..
Notasi indah yang mampu membuat hal biasa menjadi istimewa..

-----

Ketika aku lahir dan tumbuh dalam sunyi..
Dia mengajarkanku mencintai bunyi...

-----

"Ray balikin buku gue..!"

"Nggak!"

Pria itu memang senang menggodaku,mengganggu imajinasiku.

Namaku Nada nama yang terbilang pendek memang.
Aku tak mengerti bagaimana bisa diriku diberi nama Nada?Sangat bertentangan dengan hidupku yang yang begitu mencintai sunyi.

Muhammad Raynald Prasetya dia sahabatku sifatnya berbanding terbalik denganku dia ketua ekskul musik.
Bagaimana bisa?
Tentu bisa..

"Kalo gak lo balikin..gue ancurin gitar lo?"

"Eh jangan...!"Dia langsung berlari kearahku melempar asal buku milikku lalu mengambil gitar kesayangannya.

Cara itu selalu berhasil membuatnya menyerah..baginya musik adalah segalanya.

Aku benci ketika dia tiba-tiba datang kemudian bernyanyi dan menghancurkan khayalan ku.

Dia mengambil posisi duduk tepat disebelahku.

"Apa yang lo benci dari keramaian?"Dia tiba-tiba bertanya.

"Gaduh!"

"Lalu apa yang lo cinta dari sunyi?"

"Ketenangan..."

"Apa pendapat lo tentang nada?"

"Nada takkan bermakna tanpa ada kata didalamnya.."

"Dunia tanpa nada itu sunyi.."

Dia menengadahkan kepalanya memandang hamparan langit senja diatas sana.

'Nada' dalam makna sesungguhnya atau memang kalimat itu ditujukan untukku?

'Ah tidak!Kita bersahabat..'Aku menggeleng cepat menyingkirkan pikiran semacam itu.

Aku mengambil buku yang tadi dilemparkannya.
Dan mulai menulis bait demi bait puisi yang tadi sempat tertunda..

Kita terbiasa lewati waktu berdua..
Bercengkrama layaknya remaja yang tengah dimanja asmara..
Namun cinta tak kunjung menemukan titik akhirnya..
Hanya Terus berputar pada porosnya...

Hidup dalam satu kebersamaan..
Tanpa ikatan...
Tanpa kepastian..
Hanya diperkokoh kata persahabatan..

Memang menyakitkan...
Berada dalam zona pertemanan...
Namun bukan sakit tanpa alasan..
Cintalah yang membuat satu pertemanan kian menyakitkan...

"Friendzone..."Dia bergumam pelan.

Tanpa sadar ternyata sedari tadi dia memperhatikan gerakku dan matanya turut mengawasi apa yang tertulis disetiap lembar buku catatanku..

"Lo suka kebiasaan ngintip-ngintip tulisan orang!"

Dia terkekeh pelan.

"Kita emang beda..."Lirihnya.

Aku menerka-nerka apakah perbedaan ini yang membuat kita sulit bersama.

"Bedanya?"Aku mengernyit tak mengerti.

"Nada dengan puisinya..Ray dengan Nadanya..."

"Berbelit-belit omongan lo itu.."

"Suatu hari lo pasti ngerti..."

-----

Hari ini aku aku melihatnya tengah berlatih dengan murid-murid lainnya.

Entah karena tertarik pada permainan pianonya atau karena lagu yang dibawakannya aku tiba-tiba ingin melihatnya lebih dekat.

Lagu itu berhasil dibawakannya dengan sempurna..Aku tak tau lagu milik siapa itu namun lagu yang tak begitu padat lirik tersebut kaya akan makna.

Untuk lagu kedua dia hanya memainkan instrumen sebuah lagu..

Aku memejamkan mata menikmati dentingan pianonya..
Instrumen itu tak asing bagiku tapi entah dimana aku pernah mendengarnya..dan sepertinya mulai hari ini aku mencintainya.

Setelah dia keluar aku memberanikan diri berbicara padanya.

"Lagu apa tadi?"

"Yang mana?"

"Yang kedua.."Jawabku.

"Haha kenapa?lo suka?" Dia malah bertanya dengan nada mengejek.

"Iya.."Jawabku jujur.

"Saking sibuknya nulis lo gak pernah sama sekali denger lagu ini?"

Aku berdecak kesal kenapa dia senang sekali mengejekku..padahal tinggal bilang 'Lagu bla bla bla' itu tidak begitu sulit.

"Hahaa.."Dia tertawa menyadari perubahan raut wajahku.

"Judulnya Reason (Ost.Endless Love)" Jawab Ray.

"Malah bengong..!Balik yu..."

-----

Sesampainya dirumah aku terhenyak mendengar Ibu tengah bernyanyi..tentu itu hal yang benar-benar jarang terjadi.
Ibuku seorang penulis..dia lebih sering mencurahkan perasaannya lewat tulisan dibanding lagu..jangankan sampai bernyanyi seperti saat ini bicarapun terbilang jarang.
Mungkin karena itu akupun lebih senang berpuisi dari pada bernyanyi..lebih mencintai sunyi dari pada bunyi.

"Ibu..Nada pulang..."Aku masuk kedalam rumah dan Ibu langsung menghentikan nyanyiannya.

"Kenapa berhenti?Nada suka suara Ibu..."Ujarku sambil memeluknya dari belakang.

"Makanlah Ibu sudah menyiapkan makanan untuk kamu..."

"Oh iya...lagu apa yang Ibu nyanyikan barusan?"

"Lagu reason ...liriknya Ibu yang tulis sewaktu ayah dan Ibu akan berpisah dulu dan aransemen musiknya sendiri dari ayahmu..."

'Ayah?'

Aku bahkan lupa memiliki seorang ayah.

Dia pergi meninggalkan aku dan Ibu.

"Sudahlah bu..jangan ingat ingat laki-laki itu lagi!"

"Coba dengarkan ini Nada..ayahmu memang Arranger yang hebat.."

"Ibu cukup!"

"Kami berpisah baik-baik Nada..kenapa kamu harus marah?

Ibu malah sengaja memutar lagunya..mau tidak mau telingaku menangkap setiap nada serta kata yang keluar dari lagu itu.
Tunggu..
Instrumen ini?
Aku mengenalnya..

'Ray!'

Instrumen ini baru saja dimainkannya disekolah tadi..
Aku langsung berlari secepat mungkin keluar dari rumah aku harus segera bertemu dia!
Aku merasa ada yang janggal disini..jika lagu itu ciptaan ayah dan Ibu dan tidak dipublikasi dari mana Ray tau?

-----

Dikaki bukit aku menunggunya
Setelah menunggu cukup lama akhirnya dia menampakan batang hidungnya.

"Sorry nunggu lama..."Ujarnya.

"Gue boleh tau lagu Reason itu bercerita tentang apa?"Tanyaku tanpa mengalihkan pandanganku.

"Tentang cinta yang rumit..cinta yang tumbuh tak seharusnya tentang janji dan dicampakan..."

"Dari mana lo tau lagu itu?"

"Ayah.."Jawab Ray.

"Lo tau itu dari ayah lo?Dan instrumen itu lo tau siapa yang bikin? "

Ray mengangguk.

"Ada yang mau lo jelasin?"tanyaku

"Gue Kakak lo..!"Ujarnya tiba-tiba.

"Kakak?haha..bodoh!"Aku menatapnya tajam.

"Maafin nyokap gue.."

"Iyaa nyokap lo yang udah ngambil bokap gue!Dan sekarang lo bilang kalau lo Kakak gue?Gue gak sudi jadi adik dari seorang anak yang lahir dari rahim perempuan itu!Perempuan yang dalam sekejap bikin hancur keluarga gue!"

Ray tak bergeming ia menanggapi dalam diam luapan emosi Nada.

"Maafin gue...."

"Jadi ini yang buat lo gak mau merubah status persahabatan kita jadi sesuatu yang lebih?Karena lo tau gue adik lo?Iyaaa??!!"

Emosiku memuncak ketika melihatnya hanya diam.

"Kenapa?Kenapa lo biarin perasaan ini tumbuh padahal lo tau kita gak mungkin bersama..!"

Aku memeluk lututku berusaha meredam semuanya.

Aku melihatnya semakin tertunduk.

"Ini bohong kan?tolong bilang sama gue kalau ini bohong..."

Namun dia tetap diam.

"Gue bisa jelasin semuanya..."

"Apa yang mau lo jelasin......."

*Flashback On

"Tega sekali kamu Mas!Kamu sama sekali tidak menghargai pernikahan kita!"

"Rita maafkan aku.."Ujar Rangga.

"Maaf katamu mas?Apa tidak pernah sekalipun kamu memikirkan perasaan Kami?Perempuan yang kamu lukai?"

"Bukan begitu!Dia membutuhkan pertolonganku.."

"Menolong apa harus dengan cara menikahi?"

"Kamu bayangkan jika kamu ada diposisi perempuan itu..sehari menjelang pernikahannya calon suaminya meninggal dan calon suaminya itu sahabatku.Aku hanya diamanahkan untuk menjaga perempuan itu..."

"Tapi kamu suka kan?"

"Suka?Sebelumnya aku tidak mengenal perempuan itu..."

"Tanpa rasa suka bagaimana mungkin dia melahirkan seorang anak perempuan?"

Ray yang waktu itu masih berusia 7 tahun hanya bisa mengintip pertikaian Ayah ibunya.

"Ceraikan aku..."

"Tidak!"

"Ceraikan dia!"

Rangga diam.

Namun tiba-tiba hati istrinya melunak..entah apa yang dipikirkannya.

"Baiklah aku ikhlas..tapi ingat!Kamu harus bisa berlaku adil..."

"Terimakasih..aku janji sebisa mungkin akan berlaku adil kepada kalian..."

*Flashback Off

"Jadi Tante Rita istri pertama ayah?"

Ray mengangguk.

"Tapi meskipun Ibu ikhlas dipoligami tante vira nyokap lo malah memilih pergi.Dia bilang tidak akan ada perempuan yang benar-benar Ikhlas cintanya terbagi yang ada mereka hanya saling berkorban.."

Nada mengangguk.

Jadi itulah alasan mengapa ayah dan ibunya berpisah.

"Lima tahun lalu ayah dan ibu meninggal dalam kecelakaan mobil..."

"Ayah meninggal?"

"Hm..dan gue lihat jelas gimana ayah meregang nyawa karena Ibu langsung meninggal ditempat kejadian."

Aku membekap mulutku menahan tangis.

"Satu pesan ayah..ayah nyuruh gue jagain lo tanpa kasih tau identitas gue."

"Kenapa?"

"Mungkin ayah tau kalau akhirnya lo bakal nolak gue seandainya lo tau gue anak ayah dari ibu yang lain..."

"Kenapa lo baru bilang sekarang?Cinta ini terlanjur tumbuh..."

"Kita gak bakal tau kapan dan kepada siapa cinta ini akan tumbuh..begitupun gue!Gue gak tau kalau perasaan lo bakal berubah lebih dari seorang sahabat..."

"Terus maksud lo puisi dan nada waktu itu apa?"

"Puisi dan Nada dua hal yang berlainan namun bisa saling berdampingan..begitupun kita..meski tanpa cinta kita tetap bisa saling melengkapi serta menjaga..."Ujarnya.

Aku menatap lekat Pria yang sudah lama begitu ku cintai..

'Biarkan aku menatapnya lebih lama sebagai orang yang kucintai untuk terakhir kalinya..karena setelah ini dan selamanya pandanganku harus kualihkan dari cinta menjadi sekedar sayang yang normal dari seorang adik pada kakaknya...'

"Puisi dan Nada dua hal yang berlainan Nada bisa mengubah puisi menjadi sebuah symphony dan puisi bisa membuat nada yang biasa menjadi kaya akan makna..."Ujarku.

Ray tersenyum tipis.

Tangan kokohnya bergerak merengkuh adik kesayangannya.

"Terimakasih kak..."Ujarku lalu bersandar dibahunya menatap langit senja seperti biasa.

The End

-----

Tidak ada komentar: