Selasa, 23 Februari 2016

Bukan Dongeng

Bahagia macam apa yang kamu lihat ketika aku tanpamu? Jelas-jelas kamu tahu jika kamu adalah alasanku untuk bahagia!
•Gwen Alyssa•

***

Ku terpaku mengingat semua kenangan itu.Dimana dengan keji dia meminta untuk membuang jauh rasa dalam kalbu.

Bukan karena dia menolak,dia mencintai namun enggan mempertahankanku karena sebuah alasan semu.

Gwen Alyssa itu namaku.

****

Raynald Alexi Pratama nama indah itu senantiasa menjadi pemeran utama dalam setiap dongengku.

"Gwen tidak bosan terus menerus menjadikan nama itu tokoh utama dalam dongengmu?"Malika bertanya pelan.

"Tentu tidak,nama ini begitu indah dan aku suka."

"Kamu menyukainya?"

Aku diam.

'Ya aku menyukainya..'Batinku.

"Jawablah Gwen..!"

"Jika benar aku mencintainya kenapa?"

"Tentu kamu harus mengungkapkannya!"Titah Malika.

"Aku ini perempuan.Teori dari mana jika harus mengungkapkan lebih dulu?"

"Tapi kamu tidak akan pernah tau bagaimana perasaannya jika kamu tidak mau mengungkapkan perasaanmu!"

"Ayolah Malika itu tidak mudah,"Ujarku.

"Baiklah jika kamu tidak mau melakukan hal yang terlalu frontal bagaimana jika kita buktikan diam-diam."

"Maksudmu?"

"Laki-laki itu tidak lihai dalam menyembunyikan perasaannya.."

"Lalu?"

"Apakah dia sering mengirim pesan singkat padamu?"

Aku menggeleng.

"Berupa perhatian,obrolan tidak jelas,kekonyolan atau apapun itu tak pernah?"

"Dulu iya tapi sekarang bisa dibilang jarang,"Jawabku.

Malika nampak berpikir.

"Hm..sepertinya kamu harus siap dengan berbagai kemungkinan.."Ujarnya dilematis.

"Maksudnya bagaimana?"

"Ya kemungkinan jika sudah ada sosok baru yang mengisi hatinya.."

"Sudahlah aku tidak ingin menduga-duga."

"Bukan menduga-duga Gwen hanya belajar realistis." Sanggahnya.nk

"Realistis seperti apa yang kamu maksud?Selama ini aku cukup realistis."

"Tidak!Kamu lebih sering dibuai dengan dongeng-dongeng happy endingmu itu.Kamu rela menunggu lama dengan harapan kelak dia akan datang sebagai pangeranmu dan kalian akan hidup bahagia,punya anak dan mati tua bersama."

"Apa salah jika aku bermimpi?"

"Itu bukan mimpi tapi ambisi,jelas sekali kamu begitu ingin memilikinya padahal kenyataan menyakitkan nampak didepan mata."

"Kita pakai cara kedua.Aku akan mendekatinya untuk tau siapa perempuan yang mungkin ada dihatinya,"Ujar Malika sambil berlalu.

****

Keesokan harinya..

Aku melangkah gontai menyusuri lorong sekolah yang masih nampak sepi.

"Gwen.."

Aku diam sesaat ketika merasa ada yang memanggil namaku.

"Raynald.."

"Ada yang ingin aku bicarakan.."

"Bi--bicara apa?"Tanyaku terbata.Jujur saja aku begitu gugup jika sudah bersamanya.

"Tentang kita,perasaanku dan perasaanmu"

Jantungku berdebar tak menentu entah apa yang akan dia katakan.

"Ta--pi sepertinya tidak ada yang perlu kita bicarakan."

"Tentu ada!Lebih baik kita duduk"

Aku mengangguk lalu mengikuti langkahnya.

"Aku tahu jika kamu mencintaiku,"Raynald mulai membuka pembicaraan.

Sontak saja aku terbelalak kaget.

"Dari mana kamu tahu?"

"Tak jarang aku melihatmu menangis jika aku tengah bersama perempuan lain.Seringkali aku menangkap basah kamu yang tengah memandangku."

"Apa semua itu cukup untuk membuktikan jika aku mencintaimu?Bukankah seorang temanpun bisa seperti itu?"

"Ada yang berbeda dari tatapmu dan aku yakin itu lebih dari seorang teman."

"Lalu apa maumu?"

"Kamu selalu menderita ketika ada di dekatku dan selalu saja ada air mata saat kamu bersamaku.."

Jantungku berdegup lebih cepat dari biasanya.

"Jadi-- "Dia menggantungkan kalimatnya.

"Lupakan aku.."

Deg

Debaran kencang tadi seolah dipaksa terhenti.

Aku mematung,bingung mengapa dia tiba-tiba berkata seperti itu.

"Apa yang kamu pikirkan ketika kamu memintaku mengubur rasa ini?"Aku memberanikan diri menatapnya."coba pikir kembali apa yang kamu ucap tadi.."lanjutku.

"Karena aku mencintaimu.."

Aku mengernyit tak mengerti mendengar alasan yang terlontar dari bibirnya.

"Jika kamu juga mencintaiku lalu atas dasar apa kamu memintaku melupakanmu?"

"Mungkin kamu akan bahagia ketika jauh dariku."Dia menunduk dalam membuatku semakin geram.

"Bahagia macam apa yang kamu lihat ketika aku tanpamu? Jelas-jelas kamu tahu jika kamu adalah alasanku untuk bahagia"

"Jangan menggantungkan bahagiamu padaku karena mungkin saja aku akan mengecewakanmu.."

"Baiklah jika itu maumu.Alasan itu semu namun cukup menyadarkanku jika kamu tidak memilihku."

***

Bukan melepaskan tapi mendorongnya pergi!
Disebut melepaskan ketika kamu pernah berusaha menahan kepergiannya
•Hisana Malika•

***

*Author POV

Dengan langkah tergesa pagi itu juga Malika menghampiri Raynald dikelasnya.

"Raynald!"

Pria yang merasa dipanggil itu menoleh.

"Apa yang kamu lakukan pada sahabatku?"

"Aku tidak melakukan apapun.Aku hanya melakukan apa yang terbaik,"Jawab Raynald.

"Yang terbaik?Iya yang terbaik untukmu agar kamu bebas mengejar perempuan lain!"

"Bukan seperti itu!"

"Lantas seperti apa?"

"Dia selalu menderita setiap ada didekatku jadi aku melepaskannya.."

"Bukan melepaskan tapi mendorongnya pergi.Disebut melepaskan ketika kamu pernah berusaha menahan kepergiaannya!"

Raynald diam.

"Kamu hanya diam ditempatmu melihatnya lari karena menderita!"

"Yang jelas aku tahu apa yang terbaik untukku juga untuknya!"

"Baiklah terserah kamu saja laki-laki egois!"

Malika lantas pergi meninggalkan Raynald.

Jika boleh memilih Raynald tentu tidak menginginkan hal semacam ini terjadi.

Tapi gadis itu terlalu serius dan tidak memberikannya ruang gerak untuk dia bersama teman-temannya.Melihat dirinya bersama perempuan saja gadis itu langsung cemburu juga menangis dan Raynald tidak suka itu.

Bukan karena Raynald tak mencintainya justru karena Ia begitu mencintainya sehingga ia benar-benar menjaga perasaan gadisnya.

Lebih baik sekali terluka dari pada menderita selamanya.

****

Banyak hal yang dipelajarinya saat ini..

Sehebat apapun seorang penulis ia hanya mampu mengatur alur hidup tokoh dalam ceritanya tetapi tidak untuk mengatur alur hidupnya sendiri..

Sepandai apapun seorang penulis mengontrol perasaan tokoh didalam ceritanya,tetap hanya Tuhanlah yang mampu mengontrol perasaan tokoh nyata dalam hidupnya..

Semanis apapun kisah yang dirangkainya tetap kisah Tuhanlah yang paling indah untuknya..

****

"Gwen maaf..."

"Maaf untuk apa?"

"Kalau kemarin aku tidak mempertanyakan perasaanya padamu mungkin kamu tidak akan terluka seperti saat ini.."

"Lupakanlah!Justru aku sangat berterimakasih padamu.Karena kamu sekarang aku tahu apa yang semestinya aku lakukan.."

"Apa yang ingin kamu lakukan?"

"Menjalani hidup normal seperti orang kebanyakan.Menata ulang hidup yang selama ini aku sia-siakan."

"Apa kamu membencinya?"

"Membenci siapa?Raynald?"

Malika mengangguk.

"Tidak sama sekali."

"Bukankah dia telah menyakitimu?"

"Bukan menyakiti,itulah caranya mencintaiku."

"Bagaimana mungkin kamu berpikir demikian?"

"Karena dia ingin melihatku bahagia dan dia pikir itu bukan bersamanya.."

"Bukankah karena itu kamu terluka..?"

"Sederhana saja aku terluka mungkin karena memang kami tidak di takdirkan bersama.."

"Kamu yakin tidak ingin bersamanya?"

"Kamu bilang aku harus realistis bukan?Dan mulai saat ini aku akan melakukan itu.Kisah happy ending bersama pangeran berkuda putih hanya untuk para pembaca dan aku tak ingin terjebak dalam dongeng yang kutulis sendiri..kisahku sudah ditulis sempurna oleh tangan Tuhan dan jika waktunya tiba tentu Tuhan akan menghadirkan bahagia yang nyata."

"Tetaplah menulis buatlah mereka bahagia membaca kisahmu.."

"Terimakasih Malika.."

"Aku yang seharusnya berterimakasih.Aku belajar banyak darimu,tulisanmu,ketulusanmu,semuanya..."

"Aku juga belajar banyak darimu,kisah ini nyata dan bukan dongeng semata."

Gwen dan Malika tersenyum penuh arti.

****

Cobalah mencintai secara sederhana..
Agar luka yang kelak didapat takkan begitu menganga..
Karena ketika kamu menyerahkan hatimu seutuhnya..
Kecewa luar biasa harus siap kamu terima..

Serahkan hatimu pada pemilik Cinta hakiki..
Maka bahagia segera kembali entah hari ini entah itu nanti..

*The End

Tidak ada komentar: